Hari ini, kita mengenang Santo Karolus Borromeus, seorang uskup yang hidupnya penuh dedikasi untuk melayani Gereja, terutama melalui peranannya dalam Reformasi Katolik. Karolus adalah teladan kesetiaan kepada Allah dan pelayanan penuh kasih kepada sesama. Dia dikenal dengan pengorbanan besar, kerja keras, dan keberanian untuk membarui Gereja dalam kebenaran dan kasih, bahkan ketika itu berarti menghadapi tantangan besar.
Dalam bacaan pertama, dari surat Paulus kepada jemaat di Filipi, kita mendengar ajakan yang sejalan dengan semangat pelayanan Santo Karolus: “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.” Santo Paulus mendorong umat beriman untuk hidup dalam persatuan, kasih, dan kerendahan hati. Ia meminta kita untuk tidak melakukan apa pun demi kepentingan atau kesombongan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan orang lain. Karolus Borromeus menjalani panggilan ini dengan sepenuh hati, mengabdikan hidupnya untuk memperbaiki dan membarui kehidupan umat beriman. Dia memberikan dirinya sepenuhnya untuk Gereja dan masyarakat, tanpa mencari kehormatan untuk dirinya sendiri.
Karolus memandang umat sebagai saudara-saudari yang harus dicintai dan dilayani, dan dia berani turun langsung dalam pelayanan, bahkan dalam situasi sulit. Selama wabah penyakit yang melanda Milan, ia tidak ragu memberikan waktunya untuk mengunjungi dan melayani orang-orang yang terinfeksi, membawa penghiburan dan bantuan. Teladan ini mengingatkan kita bahwa panggilan pelayanan sejati membutuhkan hati yang berani dan penuh kasih untuk mengutamakan kebutuhan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
Bacaan Injil dari Lukas menambahkan lapisan lain pada panggilan ini. Yesus mengajarkan bahwa dalam memberi dan melayani, kita hendaknya tidak mengharapkan balasan atau penghargaan. Ketika kita mengadakan jamuan, kata Yesus, undanglah mereka yang tidak dapat membalas: orang miskin, cacat, lumpuh, dan buta. Ini adalah bentuk kasih yang sejati, kasih yang memberi tanpa pamrih. Santo Karolus Borromeus menghidupi ajaran ini dengan menjadikan mereka yang termiskin dan tersisih sebagai prioritas pelayanannya. Dia sadar bahwa dalam melayani mereka yang tidak mampu membalas, ia justru menemukan berkat yang sejati dari Allah. Kasih seperti ini melampaui keinginan untuk menerima penghargaan atau pujian, tetapi merupakan kasih murni yang hanya menuntut satu hal: kepedulian kepada sesama sebagai wujud iman kita kepada Allah.
Merenungkan hidup dan teladan Santo Karolus Borromeus, kita diingatkan bahwa kasih yang sejati berakar pada kesediaan untuk berkorban. Hidupnya mengajarkan kita untuk berani terlibat dalam kehidupan orang-orang yang membutuhkan, tanpa mencari keuntungan atau kehormatan. Seperti Santo Karolus, kita pun dipanggil untuk merendahkan hati, mengutamakan kepentingan sesama, dan melayani tanpa mengharapkan balasan. Peringatan ini mengingatkan kita bahwa kesetiaan kepada Allah terwujud dalam tindakan kasih yang nyata dan tanpa pamrih kepada sesama.
Semoga teladan Santo Karolus Borromeus menginspirasi kita untuk menjadi pelayan-pelayan yang rendah hati dan penuh kasih, yang siap mengutamakan sesama, mengasihi tanpa pamrih, dan mempersembahkan hidup kita untuk kemuliaan Allah dan kesejahteraan sesama.
Amin.