Hari Biasa, Pekan Biasa XIV
PW S.Benediktus, Abas
Teks : Kej 32:22-32; Mat 9:32-38
Saudara/i yang terkasih dalam Kristus,
Pada perayaan Santo Benediktus Abas, mari kita merenungkan dua bagian dalam Firman Tuhan yang telah disebutkan, yaitu Kejadian 32:22-32 dan Matius 9:32-38. Melalui kedua teks ini, Tuhan mengajarkan kepada kita pelajaran berharga tentang kerendahan hati, kelembutan, dan belas kasihan-Nya.
Dalam Kejadian 32:22-32, kita menemui kisah Yakub yang sedang dalam perjalanan pulang. Yakub merasa takut dan cemas akan pertemuan dengan saudaranya, Esau, yang pada masa lalu telah ia perlakukan dengan tidak adil. Yakub merasa bersalah dan khawatir akan kemurkaan Esau. Di malam itu, Yakub sendirian berjuang melawan seorang malaikat. Meski cedera, Yakub menolak melepaskan malaikat itu hingga memohon berkat. Dalam perjuangan itu, Yakub mendapatkan berkat dan nama baru, Israel, yang berarti “dia yang bergumul dengan Allah.”
Pesan pertama yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah tentang kerendahan hati. Yakub, meski dalam kedudukan yang tinggi sebagai kepala keluarga dan memiliki kekayaan, menyadari keterbatasannya sebagai manusia. Ia merendahkan diri dan bergumul dengan Allah, mengakui ketergantungan mutlaknya kepada-Nya. Dalam kelemahannya, Yakub menerima berkat dan diubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Hal yang sama dapat kita temukan dalam Matius 9:32-38. Yesus berkeliling mengajar dan menyembuhkan orang-orang, dan saat itu ada seorang yang membawa kepada-Nya seorang yang bisu dan kerasukan setan. Yesus menyembuhkannya, dan orang banyak yang menyaksikan mukjizat ini terkagum-kagum. Namun, Yesus melihat mereka seperti domba yang tak berpenggembala, terbuang dan terlantar. Ia merasa belas kasihan yang mendalam terhadap mereka.
Pesan kedua yang bisa kita ambil dari sini adalah tentang kelembutan dan belas kasih Yesus. Meski memiliki kuasa dan kemampuan yang luar biasa, Yesus tidak sombong atau angkuh. Ia peduli dan merasa belas kasihan terhadap orang-orang yang tersesat, yang tak berpengharapan, dan yang membutuhkan penyembuhan. Dia melihat mereka dengan kasih dan kelembutan yang tak terbatas.
Dalam kedua renungan ini, kita diajak untuk merenungkan sikap kita sebagai orang percaya. Pertama, mari merendahkan hati kita dan mengakui ketergantungan kita kepada Tuhan. Kita bukanlah yang sempurna atau berkuasa, melainkan ciptaan-Nya yang terbatas. Dalam kerendahan hati, kita akan mengalami pertumbuhan dan transformasi oleh kuasa Tuhan.
Kedua, mari belajar dari Yesus dalam hal kelembutan dan belas kasih. Dunia di sekitar kita penuh dengan orang-orang yang terluka, terlantar, dan membutuhkan pertolongan. Kita dipanggil untuk menjadi saksi kasih dan penyembuhan bagi sesama. Dengan demikian, kita akan menjalankan tugas kita sebagai umat yang dipilih-Nya dengan hati yang lembut dan penuh belas kasihan.
Semoga renungan pada perayaan Santo Benediktus Abas ini memperkaya dan memperdalam hubungan kita dengan Tuhan serta mengilhami kita untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Kiranya kita dapat melangkah maju dalam iman, merendahkan hati, dan hidup dengan kasih dan kelembutan. Amin. (RD Moses Atasoge)