Menjadi Kaya di Hadapan Allah

Opini, Renungan4 Dilihat

Menjadi kaya di hadapan Allah bukan soal angka di rekening atau banyaknya properti, tetapi seberapa dalam kita menghidupi kasih, pengampunan, dan pelayanan dalam keseharian kita.

Ini adalah panggilan untuk memperluas lumbung spiritual, bukan hanya lumbung materi. Memberi waktu untuk doa, tenaga untuk pelayanan, dan perhatian bagi sesama.

Dalam terang Firman Tuhan, kita dipanggil untuk memobilisasi pekerja di ladang Tuhan, dan Sabda dari perikop ini menjadi pengingat bahwa ladang itu bukan tempat untuk membangun lumbung pribadi, melainkan untuk menabur kasih dan menuai kebaikan rohani.

Kita dipanggil untuk menjadi orang yang kaya secara rohani: yang rendah hati, mau melayani, dan berani menanggung salib demi kemuliaan Allah, bukan demi kemegahan dunia.

Semoga sabda ini menjadi cermin bagi kita untuk bertanya: apakah aku sedang membangun untuk diriku sendiri, atau untuk kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan sesama?

Mari kita mohon agar Tuhan menanamkan dalam hati kita semangat untuk berbagi, mengasihi tanpa pamrih, dan memprioritaskan relasi dengan-Nya sebagai harta yang tak ternilai.

Pada akhirnya, ketika hidup kita ditarik kembali kepada Sang Pemberi, kiranya kita ditemukan sebagai orang yang kaya di hadapan-Nya, bukan karena lumbung penuh, tetapi karena hati yang dipenuhi kasih Ilahi.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *