MARI KITA KEMBALI: Renungan Pembuka Perpas II 2025 Keuskupan Larantuka

Berita38 Dilihat

Larantuka – Suasana hening dan penuh khidmat menyelimuti ruangan gedung OMK Sarotari Larantuka, ketika Pertemuan Pastoral (Perpas) II Keuskupan Larantuka yang telah dimulai pada Selasa (16/9). Kegiatan yang akan berlangsung hingga 20 September 2025 ini diawali dengan renungan pembuka yang dibawakan oleh RD. Dr. Georgius Harian Lolan, atau yang akrab disapa Romo Gius.

RD. Dr. Georgius Harian Lolan

Dalam sapaan rohaninya, Romo Gius mengajak seluruh peserta yang terdiri dari para imam, frater dan bruder yang berkarya di Keuskupan Larantuka, untuk menimba inspirasi dari semangat Yubileum 2025. Paus Fransiskus menandai tahun ini sebagai “Tahun Pengharapan”, sebuah momentum untuk pembaharuan rohani sekaligus komitmen nyata pada transformasi hidup dan dunia.

Mengutip Bulla Spes Non Confundit (Harapan Tidak Mengecewakan), Romo Gius menegaskan bahwa Yubileum bukan sekadar perayaan simbolis, tetapi kesempatan emas untuk sungguh berjumpa dengan Kristus, Sang “Pintu” keselamatan. Pesan itu juga sejalan dengan ajakan Bapa Uskup Mgr. Frans Kopong Kung saat membuka Pintu Suci di Katedral Larantuka, yakni agar setiap orang beriman menjadi “pintu yang terbuka” bagi sesama, tempat orang lain mengalami sentuhan keselamatan dan kasih Allah.

EMPAT AJAKAN: “MARI KITA KEMBALI!”

Menyambut Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2025 yang bertema “Allah Sumber Pembaruan Relasi dalam Hidup”, Romo Gius menggarisbawahi empat ajakan penting yang dirangkumnya dalam seruan sederhana namun mendalam: Mari Kita Kembali!. Empat ajakan itu menjadi arah rohani yang dapat menuntun para peserta selama Perpas berlangsung.

  1. KEMBALI KE GOLGOTA
    Romo Gius mengajak peserta Perpas untuk menatap kembali ke bukit Golgota, tempat salib Kristus ditegakkan. Di sanalah Yesus tampil sebagai Adam Baru yang menyelamatkan manusia, Anak Domba Paskah yang dikorbankan tanpa cela, sekaligus Raja Semesta Alam. Dari Golgota, lahir panggilan untuk melihat, mendengar, dan merasakan karya penebusan Kristus secara lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari.
  2. KEMBALI KE EKARISTI
    Menggali makna terdalam Ekaristi, Romo Gius mengingatkan empat kata kunci yang selalu terucap dalam perayaan misa: Ambil, Berkati, Pecahkan, Bagikan. Kata-kata ini bukan sekadar ritus, melainkan jalan hidup. Umat diajak menjadi manusia Ekaristi: setia menghadiri misa, memelihara spiritualitas doa, dan sungguh mewujudkan apa yang dimakan, yakni menjadi Tubuh Kristus bagi dunia.
  3. KEMBALI MENDENGARKAN DIA
    Di tengah hiruk-pikuk zaman modern, mendengar Tuhan kerap terpinggirkan. Romo Gius menekankan perlunya diam aktif dengan jeda, sebuah sikap batin untuk membuka telinga dan hati sepenuhnya pada sabda Allah. Mendengar tidak boleh selektif, melainkan dengan penuh perhatian dan kesiapan untuk taat. Dalam diam yang hening, suara Tuhan menjadi jelas dan membimbing.
  4. KEMBALI KE KITAB SUCI
    Merujuk pada ayat emas BKSN, “Kembalilah kepada-Ku, maka Aku pun akan kembali kepadamu” (Za. 1:3), Romo Gius menegaskan bahwa Kitab Suci adalah sumber hidup dan jalan perjumpaan dengan Allah. Melalui firman-Nya, setiap orang akan dituntun untuk bertumbuh, berubah, dan menemukan keselamatan sejati.

Peserta Perpas II 2025 Keuskupan Larantuka

HARAPAN DAN SEMANGAT BARU

Dari empat ajakan ini, menurut Romo Gius, bukanlah sekadar refleksi spiritual, melainkan kompas hidup yang harus diterjemahkan dalam karya pastoral sehari-hari. “Mari kita kembali ke Golgota, menikmati buah penebusan; kembali ke Ekaristi, menjadi manusia Ekaristi; kembali mendengarkan Dia dalam diam yang aktif; dan kembali ke Kitab Suci, sumber hidup kita.

Renungan ini kiranya menjadi pintu masuk yang meneguhkan perjalanan dan pergumulan selama Perpas II 2025. Pertemuan Pastoral bukan hanya forum rapat atau diskusi, melainkan kesempatan untuk meneguhkan iman, memperkuat persaudaraan, dan merancang pelayanan yang lebih kontekstual bagi umat di Keuskupan Larantuka.

PERTEMUAN UNTUK MEMBAHARUI PELAYANAN

Kegiatan Perpas II 2025 ini melibatkan berbagai komponen Gereja: para imam diosesan, dan para imam berbagai tarekat religius, serta frater dan bruder yang berkarya di tiga Dekenat di Keuskupan Larantuka. Mereka berkumpul untuk menyatukan langkah, mengevaluasi pelayanan, dan merumuskan arah pastoral yang lebih segar.

Dalam suasana penuh persaudaraan, setiap peserta diajak menyadari bahwa pelayanan pastoral tidak boleh hanya berhenti pada rutinitas, melainkan harus terus-menerus diperbaharui. Dengan kembali ke sumber iman – salib, Ekaristi, doa, dan Kitab Suci – Gereja Keuskupan Larantuka diharapkan semakin mampu menghadirkan wajah Allah yang penuh kasih di tengah umat dan masyarakat.

MENUJU PERUBAHAN YANG MEMBAWA BUAH

Pertemuan Pastoral yang rutin dilaksanakan dua kali setahun ini tidak sekadar mengisi agenda pastoral keuskupan, tapi terlebih adalah sebuah ziarah iman bersama, sebagaimana yang ditegaskan oleh Romo Gius “Mari kita kembali” sebagai jalan untuk berubah dan berbuah. (@sly)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *