Kobasoma, 27 September 2025 – Harapan bagi keberlangsungan pendidikan calon imam di Keuskupan Larantuka kini mendapat titik terang. Bertempat di Kobasoma, tepatnya di lokasi Mulalia, digelar seremoni adat Lamaholot untuk pemasangan pilar penanda tanah seluas kurang lebih 25 hektar yang sebelumnya merupakan milik suku Wato. Tanah ini secara resmi telah diserahkan kepada Keuskupan Larantuka dan akan diperuntukkan bagi pembangunan kembali Seminari Menengah San Dominggo.

Seremonial adat pemasangan pilar tanah untuk Seminari San Dominggo di lokasi Mulalia
Sebagaimana tradisi yang dijunjung tinggi masyarakat setempat, acara penyerahan tanah dilakukan dengan seremoni adat Lamaholot. Selain suku Wato sebagai pemilik tanah, hadir pula perwakilan dari suku Koten, Kelen, Hurit, dan Maran. Keterlibatan lintas suku ini bukan hanya bentuk dukungan, tetapi juga restu kolektif, menandakan bahwa tanah tersebut benar-benar dilepaskan dengan sukacita demi karya besar Gereja.
Dalam adat Lamaholot, pemasangan pilar bukan sekadar penanda batas fisik, tetapi simbol kuat pengalihan hak kepemilikan yang disaksikan dan diakui bersama. Pilar yang kini berdiri di Mulalia adalah tanda kokoh bahwa tanah ini dipersembahkan sepenuhnya bagi Gereja lokal Keuskupan Larantuka.
Hadir dalam seremoni adat ini, Ekonom Keuskupan Larantuka, RD. Wilhelmus Ola Lanan, Ketua Dewan Imam Keuskupan Larantuka, RD. Leonardus Lewokrore, Praeses Seminari San Dominggo, RD. Martinus Kapitan Sogen, Pamong Koordinator, Pater Gabriel Muki, SVD, Ekonom Seminari, RD. Vinsen Lamawato, serta Tim Komsos Keuskupan, RD. Anselmus Liwun dan RD. Moses Atasoge. Turut hadir pula Bapak Donatus Lamabelawa, konsultan yang memfasilitasi proses penyerahan ini.

Hamparan tanah di lokasi Mulalia, tempat akan dibangun Seminari San Dominggo
Praeses Seminari, Romo Martin, mewakili pihak seminari menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada suku Wato dan seluruh pihak yang memberi restu. Dengan seremoni ini, tanah tersebut bukan lagi sekadar suatu lahan, tetapi menjadi warisan iman. “Dari Mulalia, kita akan bangun kembali rumah pendidikan yang akan melahirkan imam-imam bagi Gereja,” ungkap Romo Martin penuh syukur.
Seminari San Dominggo Hokeng sebelumnya mengalami musibah erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki (3/9/2024) yang mengakibatkan kerusakan parah pada bangunan seminari. Kondisi darurat tersebut memaksa para seminaris, para pendidik dan pendamping harus meninggalkan lembah Hokeng.
Sejak saat itu, kegiatan pendidikan calon imam dialihkan sementara ke Rumah Bina Saron milik Keuskupan Larantuka, yang terletak di San Dominggo, Larantuka. Meski keadaan serba terbatas, semangat belajar dan formasi tidak pernah padam. Namun, kerinduan untuk kembali memiliki rumah sendiri tetap hidup dalam hati para pendamping dan siswa seminari.
Kini, dengan terpasangnya pilar tanah di Mulalia, kerinduan itu segera terjawab.
Penyerahan tanah melalui jalur adat memperlihatkan keserasian antara budaya lokal dan iman Katolik. Suku-suku yang hadir memberi restu, dan Gereja menerima dengan penuh syukur. Pilar yang ditanam menjadi simbol persaudaraan, persatuan, dan harapan baru.
“Tanah ini kini bukan lagi milik satu suku, melainkan milik Gereja. Semoga dari tanah yang diberkati ini, lahirlah imam-imam yang melayani dengan setia,” ungkap salah seorang tokoh adat yang hadir.
Dengan pilar yang kini berdiri di Mulalia, Keuskupan Larantuka menapaki babak baru dalam sejarahnya. Dari lahan yang subur dengan iman dan persaudaraan ini, akan berdiri bangunan baru Seminari San Dominggo yang lebih kuat dan lebih layak.

Ekonom Seminari San Dominggo, RD. Vinsensius Lamawato di lokasi Mulalia
Bagi umat Katolik Keuskupan Larantuka, peristiwa ini adalah tanda penyertaan Allah yang mengubah bencana menjadi berkat. Dari debu dan abu erupsi Lewotobi, kini tumbuh harapan baru di tanah Mulalia. Di sini, generasi imam masa depan akan dibentuk, berakar pada iman Katolik, sekaligus bertumbuh dari kearifan budaya Lamaholot. (@sly)
Doa dan kasih kami dengan rasa haru dari kami para Alumni Seminari San Dominggo kini telah mendapat berkat berlimpah dari Tuhan demi suburnya pertumbuhan para calon imam dan para pelayan umat manusia di seluruh dunia.