Weri, Flotim – Semangat toleransi yang selama ini menjadi ciri khas Kabupaten Flores Timur kembali menemukan wujudnya dalam sebuah momen penuh kebersamaan. Menjelang perayaan besar Pentahbisan Gereja Paroki Sta. Maria Pembantu Abadi Weri, ratusan warga lintas iman berkumpul dalam kegiatan “Jalan Santai Umat Lintas Agama” pada Sabtu, 15 November 2025. Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian dari Perayaan Pentahbisan Gereja Paroki Sta. Maria Pembantu Abadi Weri yang akan mencapai puncaknya pada 23 November 2025, ketika Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Uskup Larantuka menahbiskan gereja yang baru dibangun tersebut.

Sejak pukul 06.00 WITA, pelataran Aula Paroki Weri sebagai titik start telah dipenuhi suasana hangat dan penuh sukacita. Tawa anak-anak, obrolan ringan orang dewasa, serta senyum penuh persaudaraan dari berbagai komunitas agama berpadu menjadi satu. Tidak tampak batas-batas keyakinan, usia, ataupun perbedaan sosial. Semua membaur dalam satu langkah yang sama, menunjukkan bahwa pembangunan rumah ibadah ini bukan hanya milik umat Katolik, tetapi juga bagian dari kebanggaan seluruh masyarakat Weri.

Peserta Jalan Santai Lintas Iman Menyongsong Pentahbisan Gereja Paroki Sta. Maria Pembantu Abadi Weri.
Dalam sambutan sebelum melepas peserta, Pastor Paroki Weri, RD. Fransiskus W. Hurint (Romo Pey), menegaskan bahwa jalan santai ini merupakan kelanjutan dari rangkaian kegiatan yang telah berlangsung sebelumnya. “Kemarin dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gratis, beberapa hari sebelumnya ada pertandingan serta perlombaan antar lingkungan, dan hari ini kita berjalan bersama serta membagikan bingkisan kasih untuk keluarga-keluarga yang kurang mampu,” ujar Romo Pey. Ia menekankan bahwa kehadiran Gereja mesti membawa sukacita bagi semua, tanpa membedakan latar belakang. Jalan santai ini, lanjutnya, bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan jasmani, tetapi juga menjadi sarana mempererat tali persaudaraan dan kesempatan menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan. Romo Pey berharap kegiatan ini membawa energi positif bagi seluruh peserta.

Pastor Paroki Weri, RD. Fransiskus W. Hurint (Romo Pey) bersama Peserta Jalan Santai Lintas Iman Menyongsong Pentahbisan Gereja Paroki Sta. Maria Pembantu Abadi Weri.
Rute jalan santai yang melalui berbagai pemukiman warga dan pusat keramaian menjadi simbol nyata perjalanan kebersamaan masyarakat Weri. Setiap langkah mencerminkan komitmen untuk terus merawat kerukunan lintas iman yang sudah mengakar kuat. Peserta dari kalangan Katolik, Muslim, Protestan, Hindu, dan masyarakat umum berjalan berdampingan, menunjukkan bahwa keberagaman adalah kekayaan yang memperkuat kehidupan sosial di wilayah ini.
Sekretaris Panitia Pentahbisan Gereja, Laura Emburima, turut memberikan kesannya atas terselenggaranya kegiatan ini. Menurutnya, peristiwa Pentahbisan Gereja Paroki Weri bukan hanya menandai tuntasnya pembangunan fisik sebuah tempat ibadah, tetapi juga menjadi momentum memperkokoh bangunan spiritual berupa persaudaraan dan toleransi. “Kehadiran umat dari berbagai agama menunjukkan bahwa merekalah tiang-tiang kerukunan itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa Gereja Weri berdiri bukan hanya di atas pondasi batu dan semen, tetapi juga di atas dasar kebersamaan seluruh masyarakat,” ungkapnya.

Peserta Jalan Santai Lintas Iman Menyongsong Pentahbisan Gereja Paroki Sta. Maria Pembantu Abadi Weri.
Sebagai penutup acara, peserta mengikuti senam massal Tabola Bale yang berlangsung meriah, disambut gelak tawa dan semangat yang tak surut. Setelah itu, panitia membagikan bingkisan kasih bagi keluarga kurang mampu, baik yang beragama Katolik maupun non-Katolik, serta untuk anak-anak Muslim yang bersekolah di SD Inpres Weri. Momen berbagi ini menjadi penegas bahwa semangat pesta gereja bukan hanya selebrasi internal, melainkan ungkapan kasih yang meluas bagi semua.

Peserta Jalan Santai Lintas Iman Menyongsong Pentahbisan Gereja Paroki Sta. Maria Pembantu Abadi Weri.
Jalan santai lintas iman ini meninggalkan jejak hangat di hati para peserta. Lebih dari sekadar kegiatan olahraga, ia menjadi sebuah perayaan kebersamaan, sebuah deklarasi bahwa toleransi di Weri bukan sekadar slogan, tetapi napas hidup sehari-hari yang dipelihara dengan kesadaran dan cinta. (C’Arn)






