Maria, Bunda Gereja dan Harapan Baru di Tengah Luka Lama
Bacaan: Kejadian 3:9-15,20 & Yohanes 19:25-34
Peringatan: Santa Perawan Maria Bunda Gereja

Saudara-saudari yang terkasih, pada hari ini, Gereja merayakan Santa Perawan Maria sebagai Bunda Gereja, sebuah gelar yang penuh makna bagi kita orang beriman. Bacaan hari ini membawa kita menelusuri jejak luka manusia pertama akibat dosa (Kej 3), dan penggenapannya dalam kasih yang ditunjukkan di bawah salib oleh Yesus dan Maria (Yoh 19).
1. Luka Pertama: Jatuhnya Manusia dalam Dosa (Kej 3:9–15, 20)
Kisah dalam Kejadian menggambarkan saat tragis ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Allah memanggil, “Di manakah engkau?” — sebuah pertanyaan yang bukan sekadar mencari keberadaan, tapi menyingkapkan relasi yang telah rusak antara manusia dan Allah. Ketika dosa masuk, manusia mulai bersembunyi, saling menyalahkan, dan relasi antara Allah, manusia, dan alam pun retak.
Namun di tengah kejatuhan ini, Allah menjanjikan harapan: benih perempuan akan meremukkan kepala ular (Kej 3:15). Inilah yang disebut sebagai proto-evangelium — kabar gembira pertama tentang keselamatan yang akan datang melalui seorang perempuan dan keturunannya.
Dan siapa perempuan itu? Hari ini kita mengenalnya: Maria, yang melalui “ya”-nya kepada Allah, membuka jalan bagi Sang Penebus.
2. Di Bawah Salib: Lahirnya Gereja (Yoh 19:25–34)
Maria berdiri di bawah salib. Ia tidak melarikan diri dari penderitaan, melainkan hadir penuh setia. Dalam momen puncak penderitaan Putra-Nya, Yesus menyerahkan Maria kepada murid yang dikasihi: “Inilah ibumu,” dan kepada Maria: “Inilah anakmu.” (Yoh 19:26-27). Dalam kata-kata ini, Yesus tidak hanya mengatur urusan keluarga, tetapi menunjuk pada kelahiran rohani Gereja.
Dari sisi Yesus yang tertikam, mengalir darah dan air — lambang sakramen Gereja, yaitu Ekaristi dan Baptisan. Dan Maria, yang berdiri di sana, menjadi ibu dari seluruh umat yang ditebus, Bunda Gereja.
3. Maria: Bunda Harapan, Bunda Gereja
Dalam Maria, kita melihat sosok ibu yang tidak hanya membawa Yesus ke dunia secara jasmani, tetapi juga melahirkan Gereja secara rohani melalui penderitaan dan iman yang teguh di kaki salib. Ia menjadi ibu bagi semua orang yang percaya kepada Putranya, meneguhkan kita di tengah penderitaan, dan mendoakan kita agar tetap setia.
Maria bukan hanya simbol kelembutan, tetapi juga kekuatan: kekuatan untuk percaya di tengah kegelapan, kekuatan untuk berharap ketika segalanya tampak hancur.
Penutup: Gereja yang Lahir dari Salib dan Kasih
Hari ini, kita tidak hanya mengenang Maria sebagai tokoh sejarah, tetapi menerima dia sebagai Bunda kita dalam peziarahan iman. Gereja — tubuh Kristus — lahir dari cinta yang terluka dan disalibkan, dan Maria hadir sebagai ibu yang mendampingi dan mendoakan kita.
Dalam hidup kita yang penuh pergumulan, panggilan Allah masih terdengar: “Di manakah engkau?” Dan Maria, Bunda Gereja, hadir untuk menuntun kita kembali ke pelukan Sang Bapa melalui Kristus.
Doa Penutup:
Santa Perawan Maria, Bunda Gereja,
dampingilah kami dalam perjalanan iman,
doakanlah kami agar tetap setia kepada Putramu,
dan jadikanlah kami anggota Gereja yang hidup, kudus, dan penuh kasih.
Amin.
Tinggalkan Balasan