Kesatuan dalam Kebenaran dan Kesaksian Iman
“Teguhkan hatimu! Sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian juga hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.”
(Kisah Para Rasul 23:11)

Dok. Santo Bonifasius, Uskup dan Martir
Saudara/i terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita merayakan peringatan Santo Bonifasius, uskup dan martir, seorang pelayan Tuhan yang dengan gagah berani mewartakan Injil di tengah penolakan, konflik, dan bahaya. Semangat kerasulannya menjadi teladan yang hidup dari apa yang kita baca dalam kisah Paulus dan dalam doa Yesus sendiri bagi para murid.
Dalam Kisah Para Rasul, Paulus menghadapi situasi yang sangat genting. Ia ditangkap dan disidang, namun dengan hikmat, ia menggunakan perbedaan antara kaum Farisi dan Saduki untuk mengungkapkan kebenaran iman akan kebangkitan. Ini bukan siasat licik, tapi wujud kebijaksanaan seorang rasul yang tahu kapan dan bagaimana menyatakan kebenaran. Dan dalam momen sulit itu, Tuhan sendiri datang menguatkannya: “Teguhkan hatimu.” Sebuah kalimat yang ringkas, tapi sarat makna — bahwa penyertaan Tuhan nyata, terutama di saat kesulitan.
Dalam Injil Yohanes, Yesus menaikkan doa agung-Nya kepada Bapa — bukan hanya bagi murid-murid-Nya yang saat itu bersama-Nya, tetapi juga bagi kita semua yang percaya melalui pewartaan mereka. Fokus doa Yesus adalah kesatuan: “Supaya mereka semua menjadi satu.” Kesatuan ini bukan sekadar keseragaman, melainkan persatuan dalam kasih dan kebenaran, seperti persatuan antara Bapa dan Anak. Kesatuan itu adalah kesaksian paling kuat bagi dunia bahwa kasih Allah nyata.
Santo Bonifasius hidup dalam semangat ini. Ia diutus ke tanah Jerman dan menghadapi banyak rintangan — dari penyembahan berhala sampai perpecahan dalam Gereja. Tapi ia tetap setia, menabur benih iman dan membangun kesatuan Gereja dalam Kristus. Bahkan ketika nyawanya terancam, ia tidak mundur. Seperti Paulus, ia tahu bahwa pewartaan Injil seringkali menuntut pengorbanan besar, bahkan nyawa.
Refleksi bagi Kita:
- Apakah aku berani menyatakan imanku di tengah dunia yang sering kali menolak kebenaran?
- Apakah aku menjadi pembawa kesatuan dalam keluarga, komunitas, dan Gereja, atau justru menjadi sumber perpecahan?
- Apakah aku terbuka pada dorongan Roh Kudus untuk menjadi saksi Kristus, meski harus menghadapi tantangan?
Hari ini, marilah kita mohon rahmat keberanian dan kasih seperti Santo Bonifasius. Kiranya kita pun dapat hidup dalam kebenaran, bersatu dalam kasih, dan berani menjadi saksi Kristus di mana pun kita berada.
Doa:
Tuhan Yesus, teguhkanlah hatiku seperti Engkau meneguhkan Paulus. Semoga aku menjadi alat perdamaian dan kesatuan di dunia yang penuh perpecahan. Dan seperti Santo Bonifasius, jadikan aku saksi kasih dan kebenaran-Mu, hingga akhir hidupku. Amin.
Tinggalkan Balasan