Selasa, 25 – Jumat, 28 Juli 2023, di Hotel Palm Indah, Lewoleba Lembata Flores Timur NTT, dilaksanakan kegiatan Temu Rasul Penggerak PSE Regio Nusra. Peserta yang hadir adalah utusan dari 8 Keuskupan : Denpasar, Weetebula, Agung Kupang, Atambua, Ruteng, Agung Ende, Maumere, dan Keuskupan Larantuka sebagai tuan rumah. Hadir juga dalam kesempatan itu Sekjen Komisi PSE KWI – RD Ewaldus dan Liest Pranowo Badan Pengurus PSE KWI, dan Gatot-Caritas KWI juga hadir dalam kegiatan tersebut. Jumlah peserta yang hadir sekitar 30 orang.
Dalam Misa Pembuka, Selasa,25 Juli, Deken Lembata RD. Sinyo da Gomes mewakili Uskup Larantuka yang berhalangan hadir karena kesehatannya, menyampaikan homilinya. Rm Sinyo mengisahkan tentang tokoh Rasul Yakobus, yang dirayakan pestanya pada hari itu. Yakobus termasuk murid yang aktif, dan mati sebagai martir yang mulia. Dia merupakan rasul pertama Yesus yang menjadi martir dan merupakan rasul yang militan. Militansi rasul Yakobus dalam melayani Tuhan, membuahkan mahkota kemuliaan. Tuhan melalui gereja-Nya, mengundang kita untuk ikut serta dalam tugas pelayanan karya PSE, bukan dengan keterpaksaan melainkan karena panggilan Allah. RD. Marianus Dewantoro Welan sebagai tuan rumah dan Koordinator PSE Regio Nusra, menyampaikan bahwa kehadiran rekan-rekan penggerak PSE dari Keuskupan se-Regio Nusra, untuk melihat dari dekat dan turut ambil bagian dalam penderitaan masyarakat di Lembata yang terdampak bencana badai Seroja. Kehadiran mereka sebagai bentuk: solidaritas, syering berbagi kisah sukses dalam pemberdayaan, melihat kekuatan, potensi, dan berjuang bagi mereka yang kecil, miskin, terpinggirkan serta difabel. Rm Ewaldus dari PSE KWI juga menegaskan pentingnya kegiatan ini untuk syering berbagi pengalaman di bidang social ekonomi.
Hari pertama peserta diajak untuk mensyeringkan kegiatan mereka di bidang kerasulan PSE berdasarkan pada 3 pilar : APP, HPS dan LKM. Dengan keunikan, potensi dan situasi masing-masing Keuskupan, peserta diperkaya dalam syering karya bidang PSE.
Pada sesi hari yang kedua, Rm Ewaldus – sekjen Komisi PSE KWI menyampaikan beberapa hal terkait dengan pemanfaatan dana APPN dan HPSN KWI, serta kegiatan LKM. Pada sesi lanjutan hari ketiga, peserta didampingi ibu Liest Pranowo, untuk membuat draf proposal APP-HPS KWI dengan format baru. Presentasi hasil pembuatan proposal tersebut menurut Liest, sudah benar dan sesuai dengan format dari PSE-KWI.
Pada hari terakhir, peserta diajak untuk anjangsana ke beberapa tempat wisata : Bukit Doa, Bukit Cinta, tempat relokasi pembangunan rumah baru bagi masyarakat terdampak badai Seroja (Bukit Indah), lalu ke lokasi Desa Waimatan – tanah merah. Onesimus Betekeneng, Kepala Desa Waimatan– Ile Ape Timur, menceritakan tentang kondisi desa tersebut. “Desa Waimatan defenitif pada tahun 2023 dengan jumlah KK 136, 400-an jiwa. Sedangkan kampung lama desa kami, kondisinya cukup menantang. Kami sedang melaksanakan program pemerintah tentang : pelaut, pertanian dan kuliner. Tetapi kemudian bencana datang, dan semua program tidak bisa dilaksanakan. Akhirnya kami usaha garap lahan dengan bagi hasil. LSM dan pemerintah, serta semua warga membantu. Kami tinggal di pengungsian 6 bulan, dalam kondisi Covid. Terima kasih kepada Rm Nus Welan atas bantuannya : pertanian, perikanan, tenun ikat, dampingan Rm Nus sampai sekarang masih berjalan. Fasilitas umum masih belum ada. Tenda ini dipakai untuk pelayanan umum dan keagamaan. Kami berharap di tempat yang baru ini, kami dapat merubah bukit (kering/ tandus) ini menjadi indah penuh dengan madu.” Di lokasi tersebut, peserta juga mempraktekkan pembuatan Jadam dan Eco-Enzyme. Freddy dari Keuskupan Ruteng memandu pembuatan Jadam, dan Handoko dari Keuskupan Denpasar memandu pembuatan Eco-Enzyme.
Usai kunjungan ke desa tersebut, peserta diajak ke Kapela Stasi St. Maria Stella Maris Lewotolok, dan sore hari dilaksanakan Misa Penutup di Paroki Kristus Raja Lamahora, Dekenat Lembata. Dalam khotbahnya, Rm Ewaldus mengharapkan agar penggerak PSE Nusra memiliki relasi yang intim dengan Tuhan, dan memenuhi hidup kita dengan doa. Situasi tentang tanah yang jatuh di batu-batu, semak berduri, dan sebagainya, itu merupakan situasi perjuangan hidup kita. Harus ada sarana-sarana untuk menyuburkan tanah seperti eco-enzyme, jadam, dsb. Kita membutuhkan pengembangan dan aktualisasi iman, serta mengasah kemampuan kita supaya lebih baik lagi. Dengan demikian kita dapat menghasilkan buah yang berlimpah, dan membawa orang pada kesejahteraan – kerajaan Allah. Pada akhir penutupan Koordinator PSE Nusra – Rm Nus Welan mengumumkan pertemuan PSE Nusra tahun 2024 di Keuskupan Atambua sebagai tuan rumah. Sampai jumpa tahun depan di Atambua. ***Jeanne – Kust – Tukan ****