IMAM KEUSKUPAN LARANTUKA TAHBISAN 2025: Mereka Datang dari Umat dan Kembali Diutus ke Tengah Umat

Larantuka – Bulan Oktober 2025 menjadi bulan penuh rahmat bagi Gereja Lokal Keuskupan Larantuka. Dalam suasana syukur Gereja Universal yang melaksanakan dan merayakan Bulan Rosario, empat putra terbaik keuskupan ini menerima Sakramen Tahbisan Imamat. Mereka adalah RD. Marianus Hali Wuwur, RD. Gregorius Lawe Weking, RD. Antonius Kopong Open, dan RD. Fransiskus Villigius Du’a.

Tahbisan pertama berlangsung pada Jumat, 17 Oktober 2025 di Lewopenutung, Dekenat Lembata. Dalam perayaan meriah yang dihadiri ribuan umat, Diakon Marianus Hali Wuwur ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Uskup Larantuka.

Lima hari kemudian, pada Rabu, 22 Oktober 2025, tiga diakon lainnya, Diakon Gregorius Lawe Weking, Diakon Antonius Kopong Open, dan Diakon Fransiskus Villigius Du’a, menerima tahbisan imamat di Stasi Beato Herman Yoseph, Lamika, wilayah Paroki Sta. Maria Diangkat ke Surga, Lewokluok-Bama, Dekenat Larantuka. Peristiwa ini menjadi kenangan bersejarah, karena Lamika kembali menjadi tempat tahbisan setelah 43 tahun, terakhir kali saat Mgr. Fransiskus Kopong Kung sendiri ditahbiskan menjadi imam di kampung ini.

Lebih dari sekadar seremoni Gereja, tahbisan ini menjadi tanda nyata bahwa Tuhan tetap setia memanggil putra-putri-Nya untuk menjadi pelayan Sabda dan Sakramen di tengah dunia yang haus akan kasih, keadilan, dan kebenaran. Empat imam muda ini datang dari umat dan kini kembali diutus ke tengah umat, untuk menggembalakan dengan hati seorang hamba, melayani dengan kasih tanpa pamrih, dan menjadi saksi kesetiaan Allah yang hidup di tengah dunia. Berikut profil singkat keempat imam Keuskupan Larantuka tahbisan 2025.

RD. Marianus Hali Wuwur – “Apakah Engkau Orang Asing?” (Luk. 24:18)

Lahir di Lewopenutung, 1 September 1997, RD. Marianus Hali Wuwur atau Romo Marno, merupakan anak kedua dari enam bersaudara, buah kasih pasangan Konrardus Dori Wuwur dan almarhuma Agnes Ukung Melting. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana di Paroki St. Petrus dan Paulus Lamalera, di mana doa, kerja keras, dan kesederhanaan menjadi fondasi iman hidupnya.

Pendidikan dasarnya ditempuh di TKK St. Maria Goreti Lewopenutung, SDK Lewopenutung, dan SMPK APPIS Lamalera, sebelum melanjutkan ke Seminari San Dominggo Hokeng (2012–2016). Tahun berikutnya, ia mengikuti Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Himotiong, Ritapiret, dan menerima Busana Rohani pada 21 Mei 2017 sebagai tanda kesediaannya mengikuti Kristus secara total.

Setelah menyelesaikan studi Filsafat di STFK Ledalero (2017–2021) dan TOP di SMAS Katolik St. Darius Larantuka (2021–2023), Marno menempuh studi Teologi di IFTK Ledalero (2023–2025). Ia mengikrarkan Sumpah Selibat pada 6 Juni 2025 dan menerima Tahbisan Diakon dua hari kemudian dari tangan Mgr. Silvester San, Uskup Denpasar.

Masa diakonat dijalaninya di Paroki St. Wilhelmus Ledoblolong, tempat ia dikenal sebagai pelayan yang rendah hati dan dekat dengan umat kecil. Akhirnya, pada 17 Oktober 2025, di tanah kelahirannya sendiri, ia ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr.

Dengan motto “Apakah Engkau Orang Asing?”, Romo Marno ingin menjadi imam yang hadir dan berjalan bersama umat Tuhan—mendengarkan, menyapa, dan menghadirkan wajah Allah bagi mereka yang merasa jauh dari Gereja.

RD. Gregorius Lawe Weking – “Aku telah mengenal engkau.” (Yer. 1:5)

Romo Gregorius Lawe Weking, atau akrab disapa Romo Goris, lahir di Kota Kinabalu, 19 November 1996. Ia merupakan anak kedua dari lima bersaudara, buah kasih pasangan Yosep Pehang Weking dan Marselina Semoi Tobin.

Sejak kecil, Goris dibesarkan dalam keluarga Katolik yang sederhana namun penuh kasih. Benih panggilan imamat mulai tumbuh di Paroki Santa Maria Imakulata Lewolaga, tempat ia mengenal kasih Tuhan melalui keterlibatan aktif di Gereja.

Pendidikan formalnya ditempuh di SDK St. Antonius Tuakepa dan SMPK Swadaya Tuakepa, lalu ia melanjutkan ke Seminari San Dominggo Hokeng (2012–2016). Setelah menyelesaikan Tahun Orientasi Rohani (2016–2017) di Ritapiret, Goris menempuh studi Filsafat di STFK Ledalero (2017–2021) dan melanjutkan Tahun Orientasi Pastoral (2021–2023) di Seminari Hokeng.

Setelah kembali ke IFTK Ledalero (2023–2025) untuk studi Teologi, ia menerima Tahbisan Diakon pada 8 Juni 2025 di Ritapiret. Masa diakonat dijalaninya di Paroki St. Mikhael Kalike Solor, Dekenat Larantuka.

Pada 22 Oktober 2025, bersama dua rekannya, ia ditahbiskan menjadi imam di Lamika. Moto tahbisannya, “Aku telah mengenal engkau”, mencerminkan keyakinan bahwa Tuhan telah memanggil dan menyiapkan dirinya sejak awal untuk pelayanan kasih yang setia.

RD. Antonius Kopong Open “Ikutilah Aku.” (Yoh. 21:19)

Romo Antonius Kopong Open lahir di Lamika, 17 Januari 1991, anak ketiga dari empat bersaudara, buah kasih (Alm.) Kristianus Kun Open dan Veronika Bure Belang. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana yang berakar dalam iman dan doa Rosario yang menjadi ritme harian hidup keluarga. Dari altar kecil di rumah itulah benih panggilan imamat tumbuh.

Anton menempuh pendidikan di SDK Lamika, SMPN 1 Demon Pagong, dan Seminari San Dominggo Hokeng (2009–2013). Ia kemudian menjalani TOR di Ritapiret (2013–2014) dan menerima Busana Rohani di Bajawa pada 18 Mei 2014. Setelah menempuh studi Filsafat dan Teologi di IFTK Ledalero (2014–2019; 2023–2025), ia menjalani masa refleksi panggilan pada tahun 2020, sebuah jeda hening yang memperdalam relasinya dengan Tuhan.

Romo Anton kemudian menjalani TOP di Paroki St. Yoseph Tanah Boleng (2021–2023), dan masa diakonat di Paroki St. Fransiskus Xaverius Menanga. Ia mengikrarkan Sumpah Selibat pada 6 Juni 2025 dan ditahbiskan menjadi Diakon dua hari kemudian oleh Mgr. Silvester San, Pr.

Akhirnya, pada 22 Oktober 2025, di kampung halamannya sendiri, Lamika, ia menerima Tahbisan Imamat dari tangan Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr.

Dengan motto “Ikutilah Aku”, Romo Anton menghayati imamat sebagai panggilan untuk terus berjalan di belakang Kristus dengan hati yang setia, meski tak selalu tahu ke mana jalan akan membawanya. Ia ingin menjadi imam yang hadir di tengah umat dengan kesederhanaan dan cinta yang tulus.

RD. Fransiskus Villigius Du’a“Jadilah padaku menurut perkataan-Mu.” (Luk. 1:38)

Romo Fransiskus Villigius Dua’a, atau Romo Fill, lahir di Larantuka, 26 Juni 1995. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara, buah kasih Lama Primus dan Margaretha Sani, berasal dari Paroki San Juan Lebao.

Sejak kecil, Fill dikenal tenang, tekun berdoa, dan aktif dalam kegiatan Gereja. Ia menempuh pendidikan di SDK Lebao Tengah I, SMPK St. Gabriel Larantuka, dan SMA Seminari San Dominggo Hokeng (2010–2014). Setelah sempat menjalani formasi di Redemptoris (2014–2015), ia memilih jalur Projo Keuskupan Larantuka dan mengikuti TOR di Ritapiret (2016–2017).

Fill menempuh studi Filsafat di STFK Ledalero (2017–2021), lalu menjalani TOP di Paroki Kristus Raja Wangatoa (2021–2023), sebelum kembali ke Ledalero untuk melanjutkan studi Teologi (2023–2025). Ia menerima Tahbisan Diakon pada 8 Juni 2025, dan menjalani masa diakonat di Paroki St. Bernardus Abbas Tokojaeng, Dekenat Lembata.

Pada 22 Oktober 2025, ia ditahbiskan menjadi imam bersama dua rekannya di Gereja Beato Herman Yoseph Lamika. Dengan motto “Jadilah padaku menurut perkataan-Mu”, Romo Fill meneladani kerendahan hati Bunda Maria: siap berkata “ya” pada setiap kehendak Allah dan melayani umat dengan kasih yang setia.

Foto Para Penari : Persiapan Tahbisan Imam di Lamika pada 22/10/2025

Empat putra terbaik, Marianus Hali Wuwur, Gregorius Lawe Weking, Antonius Kopong Open, dan Fransiskus Villigius Du’a, telah menjawab panggilan itu dengan menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan Gereja. Mereka datang dari tanah dan budaya Flores Timur yang kaya iman, tumbuh dalam keluarga sederhana, dan kini berdiri di altar suci sebagai imam-imam baru, siap diutus untuk bekerja di ladang Tuhan. Empat imam baru ini menjadi tanda nyata bahwa Tuhan terus memanggil dan meneguhkan Gereja-Nya, termasuk di Gereja Lokal Keuskupan Larantuka. Dalam wajah mereka, kiranya umat dapat memandang dan mengalami semangat baru. Semoga urapan imamat yang mereka terima membangkitkan semangat kesetiaan, pengorbanan dan cinta pelayanan yang tumbuh juga dari keluarga, formasi, serta doa seluruh umat beriman. Sebab sesungguhnya mereka datang dari umat dan kini diutus kembali ke tengah umat. (@sly)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *