Mingar, 28 Oktober 2025 – Umat Katolik se-Dekenat Lembata melaksanakan ziarah rohani bersama di bukit doa Watomiten, Paroki Mingar, sebagai bagian dari perayaan Tahun Yubileum 2025 di Keuskupan Larantuka. Kegiatan ini menjadi ungkapan syukur umat sekaligus sarana memperdalam iman dalam semangat pertobatan dan pembaruan hidup kristiani.
Ziarah rohani ini diikuti oleh umat dari seluruh paroki di Dekenat Lembata. Sejak pagi, para peziarah dari berbagai paroki berdatangan dan mempersiapkan diri dengan doa dalam suasana kebersamaan. Setiap paroki mengatur waktu santap siang di sekitar bukit doa sebelum memulai perarakan.

Devosi Jalan Salib pada Kegiatan Ziarah Rohani Bersama Dekenat Lembata di Bukit Doa Watomiten (28/10/25).
Tepat pukul 14.00 WITA, ziarah dimulai dengan devosi Jalan Salib. Para peziarah berjalan kaki dari kaki bukit menuju puncak, melewati setiap perhentian Jalan Salib sambil mendaraskan doa dan menyanyikan lagu-lagu rohani. Suasana hening dan khusyuk menyelimuti perjalanan panjang menuju puncak bukit.
Sesampainya di puncak bukit doa, seluruh peserta berkumpul di tenda perayaan untuk mengikuti perayaan ekaristi, yang dimulai pada pukul 16.00. Misa dipimpin oleh Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, didampingi Sekjen Keuskupan Larantuka, RD. Fransiskus Kwaelaga, Deken Lembata, RD. Philipus Sinyo da Gomes, serta para imam se-Dekenat Lembata. Hadir pula para biarawan-biarawati, tokoh umat, Orang Muda Katolik (OMK), dan ratusan peziarah dari seluruh wilayah Lembata.

Para Pastor se-Dekenat Lembata Bersama Mgr. Fransiskus Kopong Kung – pada Kegiatan Ziarah Rohani Bersama Dekenat Lembata di Bukit Doa Watomiten (28/10/25).
Dalam homilinya, Mgr. Fransiskus mengajak umat memahami makna Tahun Yubileum sebagai masa rahmat dan kesempatan untuk mengalami belas kasih Allah. Ia menjelaskan bahwa Gereja menyediakan sarana-sarana rohani, yang disebut “Pintu Suci”, sebagai tempat perjumpaan dengan Tuhan. Secara universal, Bapa Suci menetapkan Basilika Santo Petrus di Roma sebagai pusat perayaan Yubileum. Di Keuskupan Larantuka sendiri, tempat-tempat ziarah yang ditetapkan sebagai Pintu Suci adalah Gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka, Gereja Kristus Raja Waiwerang, Gereja Santa Maria Banneux Lewoleba, Bukit Doa Fatima Larantuka, dan Bukit Doa Watomiten di Dekenat Lembata.

Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Deken Lembata, RD. Philipus Sinyo da Gomes, dan Pastor Paroki Mingar, RD. Yeremias Rongan Rianghepat – pada Kegiatan Ziarah Rohani Bersama Dekenat Lembata di Bukit Doa Watomiten (28/10/25).
“Tempat-tempat ini menjadi sarana umat untuk berjumpa dengan Yesus, Sang Pintu menuju keselamatan,” tegas uskup. Ia menambahkan, setiap orang beriman dipanggil untuk menjadi “pintu” bagi sesamanya, mulai dari lingkungan keluarga, terutama bagi generasi muda yang menghadapi banyak tantangan hidup.
Dalam sambutannya di akhir misa, Mgr. Fransiskus juga menekankan pentingnya sikap belas kasih dalam pelayanan pastoral. Ia mengajak para imam untuk menanggapi berbagai persoalan umat, termasuk halangan pernikahan yang menghambat penerimaan komuni kudus, dengan pendekatan penuh kasih dan pengertian. “Umat yang mengalami halangan itu jangan menjauh dari Gereja, karena Yesus tetap hadir dalam hati setiap orang yang datang dengan tulus untuk merayakan ekaristi,” ungkapnya penuh empati.
Sementara itu, Deken Lembata, RD. Philipus Sinyo da Gomes, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada seluruh umat dan panitia. Ia menilai pelaksanaan ziarah ini sangat sukses berkat kerja sama lintas paroki. “Walau medan menuju puncak bukit doa cukup berat, umat tetap tekun berjalan bersama dalam doa. Bahkan jumlah peserta yang hadir melebihi yang ditentukan, yakni lebih dari 20–30 orang per paroki,” ujar deken penuh syukur.

Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Deken Lembata, RD. Philipus Sinyo da Gomes – pada Kegiatan Ziarah Rohani Bersama Dekenat Lembata di Bukit Doa Watomiten (28/10/25).
Ziarah Dekenat Lembata di bukit doa Watomiten ini menjadi tanda nyata semangat iman umat yang hidup, sekaligus momentum berharga untuk memperdalam makna Tahun Yubileum sebagai masa pembaruan, rekonsiliasi, dan syukur atas karya keselamatan Allah di tengah umat Keuskupan Larantuka. (VerisKotenPr)






