BERJALAN BERSAMA MEWUJUDKAN KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER: Pelatihan Penguatan Kapasitas Fasilitator Gender Keuskupan Larantuka

Berita, Majalah107 Dilihat

Larantuka, 25–26 Oktober 2025 – Komisi Gender Keuskupan Larantuka menyelenggarakan Pelatihan Penguatan Kapasitas Fasilitator Gender dengan tema “Berjalan Bersama Mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Gender di Keuskupan Larantuka.” Kegiatan yang berlangsung selama dua hari di Rusun Patris Corde, Sarotari Larantuka ini, diikuti oleh 47 fasilitator gender utusan dari paroki-paroki di tiga dekenat yakni: Dekenat Larantuka (Katedral, Koten Walang, Pohon Bao, Lato, Lewolaga, San Juan Lebao, Leworahang, Belogili, Bama, Lewotobi, Waiklibang, Pamakayo, Waibalun, Weri, Kalike, Menanga, Riangpuho, Lewotala), Dekenat Lembata (Wangatoa, Lamahora, Boto, Lerek, Aliuroba, Lewoleba, Kalikasa, Mingar, Hoeleaq, Waikomo, Pada, Tokojaeng, Lodoblolong, Waikilok, Wulandoni), dan Dekenat Adonara (Waiwerang, Tanah Boleng, Hinga, Baniona, Waiwadan, Koli Sagu, Pukaona).

Peserta Pelatihan Penguatan Kapasitas Fasilitator Gender Keuskupan Larantuka (25-26/10/25).

Pelatihan ini menjadi wujud nyata komitmen Gereja Lokal Keuskupan Larantuka untuk meneguhkan peran perempuan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pastoral. Gereja menyadari bahwa keterlibatan perempuan sangat penting dalam pembangunan yang adil dan bermartabat. Bangsa tidak akan sejahtera apabila perempuan masih dibiarkan tertindas. Dalam realitas budaya patriarki dan sistem adat yang kuat, perempuan kerap menghadapi diskriminasi dan kekerasan. Namun, di tengah situasi itu, muncul pula kesadaran baru: kebangkitan perempuan untuk memperjuangkan martabat dan hak mereka sebagai citra Allah yang setara dengan laki-laki.

Kegiatan ini juga menjadi tindak lanjut dari dua pertemuan besar Gereja, yakni Sidang Pleno Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) KWI serta Perpas Nusra ke-XII, – Pastoral Kemanusiaan, yang menegaskan pentingnya kerja pastoral yang berpihak pada kemanusiaan dan keadilan gender. Dengan semangat sinodalitas, berjalan bersama, mendengarkan, dan bertindak, para fasilitator diharapkan menjadi penggerak utama dalam mengarusutamakan isu gender di setiap paroki.

Sekretaris SGPP KWI, Sr. Stephani Rengkuan, SJMJ, bersama Peserta Pelatihan Penguatan Kapasitas Fasilitator Gender Keuskupan Larantuka (25-26/10/25).

Pada acara pembukaan, Vikjen Keuskupan Larantuka, RD. Gabriel Unto da Silva, mewakili panitia, menyampaikan ucapan selamat datang kepada para peserta dan mengharapkan agar pelatihan ini diikuti dengan baik. Ia menekankan pentingnya kerja sama dan jaringan (networking) dalam pelayanan, serta mendorong perempuan untuk berani terlibat di ranah publik, termasuk bidang politik. “Perempuan jumlahnya banyak, karena itu harus diperjuangkan untuk dapat masuk ke ruang-ruang pengambilan keputusan,” tegasnya.

Sementara itu, Sr. Stephani Rengkuan, SJMJ, Sekretaris SGPP KWI, menegaskan bahwa berbicara tentang gender berarti berbicara tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang setara dalam harkat dan martabatnya. Ia mengajak peserta untuk menjadi corong dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender di lingkungan Gereja dan masyarakat.

Peserta Pelatihan Penguatan Kapasitas Fasilitator Gender Keuskupan Larantuka (25-26/10/25).

Hadir pula sebagai narasumber, Dr. Audra Jovani dari SGPP KWI, yang memaparkan kesetaraan gender dalam terang iman Katolik dan pastoral kemanusiaan. Ibu Joria Parmin, Kepala Bidang PPDP2KBP3 Kabupaten Flores Timur, menjelaskan realitas kekerasan terhadap perempuan dan anak di Flores Timur, sementara Ibu Heidy Doloritas Dihen, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Flores Timur, menyoroti persoalan stunting melalui program KD2R (Keluar Dari Dalam Rumah). Program ini menganalisis tentang akar masalah dalam mendukung upaya percepatan penurunan prevalensi stunting yang menekankan pentingnya analisis data yang tepat sasaran.

Suasana pelatihan berlangsung hangat dan penuh semangat persaudaraan. Para peserta diajak untuk menganalisis situasi sosial, mempelajari teknik investigasi sosial, serta mendorong perempuan untuk berdaya di ruang publik. Isu stunting juga mendapat perhatian khusus karena berkaitan erat dengan gizi, pola asuh, kesehatan ibu, dan kondisi sosial ekonomi keluarga.

Sebagai tindak lanjut, setiap peserta menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan dijalankan di tingkat dekenat pada tahun 2026. RTL ini diharapkan menjadi bagian integral dari program pastoral paroki, khususnya dalam menangani isu kekerasan terhadap perempuan, ketidakadilan gender, dan kesehatan keluarga.

Ketua Sekpas Keuskupan Larantuka, RD. Fransiskus Emanuel da Santo bersama Ketua Komisi Gender Keuskupan Larantuka, Sr. Yasintha Kleden, CIJ (25-26/10/25).

Pada acara penutupan kegiatan, Ketua Sekretariat Pastoral Keuskupan Larantuka, RD. Fransiskus Emanuel da Santo, mewakili panitia, mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta yang dengan tekun mengikuti pelatihan. “Mari kita bawa pulang segala hal baik yang kita dapat di sini, dan menjadi corong dalam memperjuangkan kesetaraan gender di paroki masing-masing,” pesannya.

Dengan terselenggaranya kegiatan ini, Komisi Gender Keuskupan Larantuka menegaskan tekadnya untuk terus berjalan bersama umat dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, demi terciptanya masyarakat yang lebih manusiawi, setara, dan sejahtera bagi semua. (Flory Herin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *