Larantuka – Kasih persaudaraan sebagai rasul awam keluarga dalam sinodalitas Gereja Lokal Keuskupan Larantuka di tahun Yubileum 2025 mewarnai kehadiran dan perjumpaan peserta ANIMASI RASUL AWAM KELUARGA KEUSKUPAN LARANTUKA di Rusun Unio Patris Corde, Sarotari, Larantuka, 11 – 13 September 2025. Ada 34 peserta yang terdiri atas 4 Imam, 4 Suster dan 28 orang awam utusan Tim Komkel Dekenat Adonara, Lembata dan Larantuka, 2 Utusan Pemerintah dari Dinas P2KBP3A, hadir bersama RD. Gabriel Unto Da Silva, Vikjen Keuskupan Larantuka dan RP. Hibertus Hartono, MSF, mantan Sekretaris Eksekutif Komisi Keluarga KWI, untuk mengawali dan membuka seluruh rangkaian kegiatan ini.

Perjumpaan bersama ini diawali dengan perayaan Ekaristi. RD. Gabriel Unto Da Silva, Vikjen Keuskupan Larantuka memimpin perayaan ekaristi dan berbagi buah refleksinya. Terinspirasi dengan Sabda Tuhan pada Kamis, 11 Sept, Pekan Biasa XXIII, RD. Gabriel Unto Da Silva mengatakan bahwa kita yang hadir saat ini menjadi penutur kisah pribadi maupun bersama tentang keluarga kita sendiri di keuskupan ini. Di tengah banyak peristiwa dan cerita duka tentang kehidupan keluarga-keluarga, yang antara lain mungkin disebabkan karena pelayanan kita belum menyelamatkan keluarga-keluarga kita, Sabda Tuhan menghentak kesadaran masing-masing kita untuk membangun refleksi bersama, untuk selanjutnya mengejawantahkan cinta itu dalam praksis. Kasih itu dialami dan dirasakan dalam hari-hari perjumpaan ini, melalui studi bersama terkait Awam Keluarga: Berjalan Bersama Melayani Dengan Hati, saling mendengarkan dalam sesi shering pelayanan pastoral keluarga di keuskupan kita, untuk selanjutnya terlibat dalam praksis pastoral keluarga yang lebih berdaya sapa.

RD. Bernardus Belawa Wara, Ketua Komkel Keuskupan Larantuka dan RD. Gabriel Unto Da Silva, Vikjen Keuskupan Larantuka
Pertemuan Bersama Komkel KWI dan Komkel Keuskupan Larantuka 2025 secara resmi dibuka oleh RD. Gabriel Unto Da Silva, Vikjen Keuskupan Larantuka. Rm. Vikjen mengucapkan selamat datang dan apresiasi kepada RP. Hibertus Hartono, MSF, mewakili Komkel KWI bersama semua peserta pertemuan dan berterimakasih kepada RD. Bernardus Belawa Wara, Ketua Komkel Keuskupan Larantuka bersama tim sebagai tuan rumah penyelenggara pertemuan ini. Belajar pada Keluarga Kudus Nasaret; Yesus, Maria dan Yosep, dengan kekhasan masing-masing pribadi yang sangat kental. Pertemuan ini menjadi kesempatan untuk membangun kebersamaan, persahabatan dan persaudaraan dalam segala kekhasan pribadi, pikiran, dan perasaan untuk mengembangkan karya pelayanan pastoral keluarga yang sudah direncanakan dan diputuskan secara bersama di tingkat keuskupan, dekenat dan paroki.
Kasih Allah Trinitas: Bapa, Putera, Roh Kudus menunjukkan kepada keluarga-keluarga kita tentang prinsip yang khas masing-masing pribadi, tetapi satu dalam keanekaan. Bapa mengutus Putera, dan bersama Bapa mengutus Roh Kudus; Allah yang misioner. Setiap kita dipanggil untuk terus menjadi satu dalam keunikan, belajar dan saling meneguhkan satu sama lain, untuk kemudian menjadi misionaris bagi keluarga-keluarga. Bapa mengutus, tetapi Putera dan Roh Kudus diutus. Peran itu diterima dan dilaksanakan (Evangelized – Evangelizing). Yesus Kristus adalah buah sulung dari Allah, dan bersama Bapa mengutus Roh Kudus. Kasih Trinitaris mengajarkan kita bahwa hidup keluarga adalah anugerah (suami-istri-anak sebagai anugerah, tak ada tempat untuk cemburu, marah, kecewa satu sama lain, saling mengapresiasi apa yang telah kita terima).
Allah menjalankan perannya itu dalam Misteri Inkarnasi; Allah datang ke dunia menjadi daging (tubuh) yang dapat diraba, rasakan, dialami. Spiritualitas Trinitaris: keluarga belajar untuk ‘ada’ dulu, baru ada kegiatan, jejaring, dan akhirnya ada kebangkitan. Keluarga dipanggil untuk hidup dalam spirit ‘Laudato Si’. Keluarga harus memperhatikan alam lingkungan, bekerja dan mengolahnya untuk kepentingan lebih banyak orang. Zaman ini, kita menemukan kenyataan bahwa anak kita tidak mencintai kerja tangan, apalagi doa. Fakta ini akan mengantar anak-anak menjadi ‘beban’ di masa depan. Maka, kita mesti melatih anak-anak kita untuk bekerja dan berdoa.

Peserta Animasi Rasul Awam Keluarga Keuskupan Larantuka
Keluarga mesti mencintai ekaristi. Dalam ekaristi ada hosti (Latin: pane, Compania – Companion – Cum pane – Bread: Brother) dan anggur (ada 7x dalam Injil ditemukan perkataan: Akulah Pokok Anggur). Bersyukurlah bahwa setiap pasangan – setiap anak adalah anugerah. Syukur apapun harus selalu dimulai dengan terbuka kepada Allah, dalam keyakinan bahwa hidup kita adalah anugerah dari Allah, maka saling memberi dan menerima adalah tuntutan utama hidup keluarga. Memaafkan: apapun, siapapun keluarga, selalu ada sakit, karena itu keluarga harus terus membangun komitmen untuk saling memaafkan. Karena itu, keluarga membutuhkan devosi, sebab tanpa devosi, agama kita menjadi hilang. Ritual rohani dalam keluarga harus selalu mendapat tempat di hati keluarga. Mendengarkan Tuhan berbicara dalam doa-doa, baca Kitab Suci, sebagaimana Keluarga Kudus Nasaret yang mendidik Yesus untuk hidup dalam rasa cinta akan keheningan dan doa. Dalam diri manusia selalu ada perjuangan untuk Otonomi, Ekonomi, dan Progeni, tetapi dalam Gereja ada pilihan hidup lain yang menyangkal semua ini (Imam, Suster, Frater, Bruder).
Agenda Pertemuan ini telah terjadwal dengan baik. Kita belajar bersama dan mendapat masukan sebagai Hari Studi tentang Berjalan Bersama (Emaus) Melayani Keluarga Dengan Hati, bersama RP. Hibertus Hartono, MSF, yang mewakili Sekretaris Eksekutif Komisi Keluarga KWI, dan selanjutnya Sharing Karya untuk Keluarga dari utusan Pemerintah Kabupaten Flores Timur (Dinas BP2KBP3A), Sharing Pastoral Keluarga dari masing-masing dekenat dan paroki-paroki.
Dalam terang dan bimbingan Roh Kudus, Pertemuan Animasi Komisi Keluarga Keuskupan Larantuka dalam kerjasama dengan Komisi Keluarga KWI tahun 2025 dengan tema: MENJADI RASUL AWAM KELUARGA YANG SOLID DAN HANDAL telah terselenggara secara baik. Kita telah melihat dan merefleksikan sejumlah hal baik yang telah dicapai dalam karya pelayanan pastoral keluarga kita, pun pula sejumlah hal yang masih menjadi catatan dan perhatian serentak upaya dan langkah perbaikan bersama di gereja lokal kita.
Terima kasih untuk semua perhatian, komitmen dan kerja sama kita. Teruslah bersyukur kepada Allah yang telah melakukan pekerjaan-Nya melalui karya pastoral kita. Teruslah terbuka dalam bimbingan Roh Kudus agar tidak lelah berupaya menghadirkan Kerajaan Allah dalam gereja lokal kita. Semoga Tuhan merestui dan memberkati tekad kita; dan semoga Bunda Maria, terus mendampingi kita dengan doanya yang berkanjang di hadapan Allah.
Pertemuan ini menghasilkan sejumlah rekomendasi, yakni: 1) Masing-masing Dekenat dan Paroki menjalankan program pastoral keluarga dalam kerjasama inter/antar komisi Sekpas, dan para pihak, dengan bahan dan alat yang tersedia untuk mendukung implementasi program pastoral keluarga keuskupan. 2) Komkel Keuskupan Larantuka terus terlibat dalam memonitoring implementasi program pastoral secara berkala pada level keuskupan sebagai bentuk tanggung jawab berjenjang terhadap reksa dan praksis pastoral keluarga. Pada akhirnya melakukan evaluasi bersama sebagai bentuk tanggungjawab atas reksa pastoral keluarga yang telah terlaksana. 3) Mendorong kerjasama dan peran serta aktif bersama dengan Komunitas Pemerhati Keluarga di Keuskupan masing-masing, Lembaga Adat dan Lembaga Pemerintah, Instansi serta Dinas terkait dalam program-program pendampingan keluarga. 4) Mendorong secara terus-menerus dan berkelanjutan on going formation bagi Tim Pastoral Keluarga Dekenat dan Paroki-paroki se-Keuskupan Larantuka.
Pertemuan ini juga menghasilkan sejumlah keputusan untuk ditindaklanjuti, yakni: 1) FOKUS PASTORAL KELUARGA KWI – KEUSKUPAN 2026: KURSUS PARENTING yang akan melibatkan Komkel masing-masing Dekenat & Paroki se-Keuskupan Larantuka. 2) Pembentukan Tim Pastoral Keluarga Dekenat se-Keuskupan Larantuka. 3) Modul Pra KPPK, KPPK & Modul Pendampingan Pasca Nikah akan berlaku umum di seluruh wilayah Keuskupan Larantuka. Hendaknya disesuaikan juga isu-isu khas keluarga-keluarga di wilayah kita, seperti: adat-istiadat perkawinan, perantauan yang membawa dampak negatif, stunting, pinjaman/perjudian online dan pelbagai penyakit sosial lainnya. 4) Berjalan bersama PUSPASKEL ‘SARON’ untuk membantu karya pastoral keluarga di wilayah Keuskupan Larantuka. (RD. BEN BELAWA-Ketua Komkel Keuskupan Larantuka)***