JANGAN BOROS, JANGAN BERFOYA-FOYA: Pesan Uskup Larantuka Ketika Merayakan Sakramen Krisma untuk 397 Umat Paroki Lamahora

Lamahora, 397 Putera Puteri Paroki St. Fransiskus Asisi, Lamahora menerima Sakramen Krisma dalam Perayaan Ekaristi yang terjadi pada Jumat, 3 Oktober 2025. Peristiwa iman ini menjadi bagian dari rangkaian kunjungan kanonis Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, bersama rombongan Kuria Keuskupan Larantuka. Kunjungan berlangsung menjelang pesta pelindung paroki, St. Fransiskus Asisi, yang tahun ini dirayakan lebih awal pada (3/10), sehari sebelum tanggal liturgisnya.

Sejak awal kedatangan (2/10), suasana hangat dan penuh sukacita begitu terasa. Umat membentuk pagar betis di halaman depan gereja, menyambut Bapa Uskup dan rombongan dengan tarian, nyanyian, dan sapaan khas budaya Lamaholot. Penyambutan meriah itu menjadi ungkapan syukur sekaligus kerinduan umat atas kehadiran gembala mereka. Seusai penyambutan, Uskup bersama para imam Kuria mengadakan pertemuan dengan tim pastor, Dewan Pastoral Paroki, dan perwakilan umat. Pertemuan yang berlangsung hangat dan terbuka ini membahas dinamika pastoral paroki serta arah pelayanan Gereja di tengah tantangan zaman.

Pastor Paroki Lamahora, Pater Asterius Zangu Ate, CSsR bersama Biarawan dan Biarawati serta Umat Paroki Menyambut Kehadiran Bapa Uskup

Puncak rangkaian kunjungan terjadi pada (3/10/2025). Dalam suasana liturgi yang meriah sekaligus khidmat, Mgr. Fransiskus memimpin Perayaan Ekaristi penerimaan Sakramen Krisma. Perayaan agung ini dihadiri para imam dari Kuria Keuskupan: Vikaris Jenderal RD. Gabriel Unto da Silva, Sekretaris Jenderal RD. Fransiskus Kwaelaga, Deken Lembata RD. Philipus da Gomez. Pastor Paroki, P. Asterius Zangu Ate, CSsR, bersama Pastor Rekan, P. Raymundus Segu, CSsR, serta para imam konselebran turut memperkaya perayaan syukur ini.

Tatap Muka bersama Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Kuria Keuskupan Larantuka, Tim Pastor dan DPP Paroki Lamahora

Dalam homilinya, Uskup Fransiskus menegaskan bahwa Sakramen Krisma adalah awal dari perjalanan baru bersama Roh Allah. Roh Kudus yang dicurahkan secara penuh adalah daya ilahi yang meneguhkan umat untuk menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Dengan urapan minyak krisma, para penerima diharapkan semakin berakar dalam iman, berani bersaksi, dan hadir sebagai terang bagi sesama, baik di keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Uskup juga mengajak umat untuk meneladan St. Fransiskus Asisi sebagai pelindung paroki. “Kita mohon agar St. Fransiskus mendokan kita supaya mengalami kedamaian dalam hidup. Ia adalah teladan damai dengan semua orang, dengan seluruh ciptaan, dan dengan alam lingkungan. Kesederhanaannya menjadi inspirasi agar kita hidup sederhana dan rendah hati. Jangan boros, jangan berfoya-foya, dan hargailah jerih payah orang tuamu,” tegas uskup.

Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Menerimakan Sakramen Krisma di Paroki Lamahora

Perayaan ini juga merupakan buah dari persiapan panjang: katekese intensif, pendalaman iman, dan latihan liturgi. Semua itu menegaskan semangat kerja sama erat antara Gereja, keluarga, dan Komunitas Basis Gerejawi (KBG). Saat ini Paroki Lamahora, yang berdiri sekitar 17 tahun lalu, melayani 3.949 jiwa dari 1.196 kepala keluarga, tersebar dalam 9 lingkungan dan 74 KBG. Melalui KBG inilah para penerima Krisma diharapkan terus dibina agar semakin dewasa dalam iman dan hidup bersekutu.
Pastor Paroki, P. Asterius Zangu Ate, CSsR, menyebut momen ini sebagai kesempatan emas untuk memperbarui iman seluruh umat, khususnya mereka yang menerima Sakramen Krisma. Ia menyampaikan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat, terutama kepada Bapa Uskup dan Kuria Keuskupan yang telah hadir, meneguhkan, dan melayani umat di Paroki Lamahora.

Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Memimpin Perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Krisma di Paroki Lamahora

Bagi umat Paroki Lamahora, penerimaan Sakramen Krisma ini bukan sekadar seremoni liturgis, melainkan tonggak penting dalam perjalanan iman Gereja setempat. Di tengah masyarakat Kabupaten Lembata dengan berbagai dinamika dan persoalan hidup, Gereja dipanggil untuk terus berjalan bersama umat, membangun persekutuan, melayani dengan kasih, dan mewartakan Injil sebagai wujud nyata kasih Allah yang menyelamatkan. (@sly)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *