MENGHIDUPKAN SOLIDARITAS, MERAWAT KESETIAAN: Suara Uskup pada Perpas II 2025 Keuskupan Larantuka

Berita5 Dilihat

Larantuka,  – Pertemuan Pastoral (PERPAS) II 2025 Keuskupan Larantuka yang digelar di Gedung OMK, Multi Event Hall, Sarotari, Larantuka sejak 16 September 2025 akan segera berakhir. Acara yang mempertemukan para imam, frater dan bruder, yang berkarya di Keuskupan Larantuka ini bukan sekadar forum evaluasi, tetapi juga wadah memperbarui semangat kebersamaan. Dalam kesempatan berharga itu, Uskup Larantuka menyampaikan suara gembalaannya yang sarat dengan ajakan untuk tetap setia berjalan bersama dalam terang iman dan solidaritas.

“Sudah cukup lama kita berjalan bersama-sama. Saya berterima kasih atas segala perkembangan dalam kebersamaan di keuskupan ini. Semakin nyata solidaritas dan kekompakan dalam perjalanan bersama. Mari kita melihat kembali hal-hal yang sudah baik sekaligus memperhatikan apa yang masih perlu diperbaiki,” demikian kata uskup.

Peserta Perpas II 2025 Keuskupan Larantuka

Pada kesempatan ini, Uskup kembali menekankan pentingnya pertemuan pastoral. Di tingkat keuskupan, pertemuan dilaksanakan dua kali setahun: Pertemuan I terjadi pada hari-hari setelah Hari Minggu Putih (bulan April) dan Pertemuan II terjadi pada minggu ketiga bulan September. Sementara itu, di tingkat dekenat, pertemuan rutin sebulan sekali terjadi di dekenat Adonara dan Larantuka dan dua bulan sekali terjadi di dekenat Lembata. Bagi Uskup, kehadiran dalam pertemuan-pertemuan ini bukan sekadar formalitas, tetapi tanda nyata dari keseriusan dalam merawat kebersamaan. “Hindarilah segala hal yang menghalangi diri untuk bertemu. Kita perlu menjaga kekompakan dan solidaritas, sebab pelayanan Gereja tumbuh dari perjumpaan dan kebersamaan,” tegas uskup.

Uskup mengapresiasi kualitas para imam dalam pelayanan pastoral. Uskup mengakui bahwa kesempatan studi lanjut memang terbatas. Namun, keterbatasan itu tidak mengurangi kualitas pelayanan para imam. “Kita memiliki imam yang unggul dan trampil. Dalam kebersamaan, kita saling belajar, sehingga menghasilkan gembala yang berkembang dan siap menghadapi tantangan pastoral,” ujar uskup.

Pernyataan ini menjadi peneguhan dan penguatan bagi seluruh imam dan pelayan pastoral, bahwa pengembangan diri bukan hanya soal akademis, tetapi juga hasil dari pengalaman dan perjumpaan sehari-hari bersama umat.

Pesan yang cukup kuat dalam suara gembala uskup kali ini adalah penegasan Komunitas Basis Gerejani (KBG) sebagai pusat dan puncak pelayanan pastoral Keuskupan Larantuka. Menurut Uskup, data umat yang akurat hanya dapat diperoleh dari KBG. Karena itu, administrasi KBG perlu diperhatikan dengan serius. Lebih jauh, tata kelola keuangan Gereja pun harus dimulai dari KBG. “Solidaritas keuangan harus dibangun dari KBG. Credit Union bisa menjadi sarana praktis bagi umat untuk belajar mandiri, termasuk dalam hal finansial,” ungkapnya.

Ia juga menyinggung mekanisme pengelolaan Aksi Puasa Pembangunan (APP). Selama ini, pembagiannya 50% untuk paroki dan 50% untuk keuskupan, dengan 30% dari bagian keuskupan dikirim ke KWI. Namun, ke depan Uskup membuka wacana agar sistem pengelolaan lebih sederhana: 50% bagian paroki dikelola oleh keuskupan, kemudian dikembalikan sesuai kebutuhan paroki.

Hal lain yang disampaikan uskup terkait dengan Tahun Yubileum yang sedang berjalan. Uskup menekankan bahwa perhatian pastoral harus diarahkan pada kebutuhan nyata umat. “Tugas kita bukan menghalangi atau memberatkan umat, melainkan membantu mereka membereskan persoalan hidup sehari-hari,” katanya.

Dengan demikian, Tahun Yubileum bukan sekadar perayaan liturgis, melainkan momentum memperbaharui pelayanan yang sungguh-sungguh berpihak kepada kebutuhan umat kecil dan sederhana.

Peserta Perpas II 2025 Keuskupan Larantuka

Poin penting lain dalam suara gembala adalah tentang relokasi Seminari San Dominggo Hokeng. Keputusan telah diambil untuk membangun seminari baru di Kobasoma, Paroki Lewolaga, di atas tanah yang dengan rela diberikan umat.

“Panitia pembangunan seminari akan segera dibentuk. Ini wujud nyata kebersamaan kita dengan umat. Mereka memberi dengan sukarela, kita pun wajib merawatnya dengan penuh tanggung jawab,” tegas Uskup.

Meski demikian, Uskup memastikan bahwa seminari lama tetap menjadi milik keuskupan, dan akan dikelola sebagai situs sejarah. Kebun kopi dan PT. Rerolara yang ada di sana pun akan tetap dikelola dengan bijaksana, sambil memperhatikan potensi risiko kebencanaan di wilayah tersebut.

Bagian terakhir suara gembala, uskup menyinggung hal yang menyentuh banyak hati. Tahun ini, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Uskup Larantuka genap berusia 75 tahun. Sesuai dengan ketentuan Gereja, Mgr. Frans telah mengajukan surat pengunduran diri ke Vatikan. Kini umat Keuskupan Larantuka menantikan penunjukan Uskup Larantuka yang baru. Selain itu, masa bakti Dewan Imam sebenarnya sudah berakhir. Namun, karena situasi khusus ini, Mgr. Frans memutuskan memperpanjang masa tugas mereka hingga masa kegembalaannya selesai atau sampai uskup baru ditahbiskan.

Peserta Perpas II 2025 Keuskupan Larantuka

Suara Bapa Uskup ditutup dengan ajakan untuk terus berjalan bersama, sebab Gereja, sebagaimana ditegaskan Paus Fransiskus dalam sinodalitas, adalah persekutuan peziarah yang melangkah bersama dalam harapan. Dengan demikian, Perpas bukan hanya agenda rutin tahunan, tetapi titik pijak baru bagi Keuskupan Larantuka untuk melangkah lebih kokoh dalam kebersamaan dan solidaritas iman. (@sly)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *