Weri – Minggu, 23 November 2025, pagi yang cerah menjadi saksi sejarah baru bagi umat Paroki Santa Maria Pembantu Abadi, Weri. Setelah perjalanan panjang penuh kerja sama dan pengorbanan, rumah doa umat yang menaungi lebih dari 1.500 jiwa akhirnya ditahbiskan. Paroki yang terdiri dari 7 lingkungan, 25 KBG, dan 637 kepala keluarga ini juga menjadi ladang karya bagi tujuh kongregasi: Alma, PRR, RCM, Hamba Maria, Maria Hamba Allah, Suster Belas Kasih, dan La Mennais.

Pastor Paroki Weri, RD. Fransiskus W. Hurint dan Pastor Rekan, RD. Antonius S. Aran bersama Utusan Umat dari Berbagai Etnis Budaya.
Perayaan agung dipimpin oleh Administrator Apostolik Keuskupan Larantuka yang adalah Uskup Emeritus Keuskupan Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung. Sukacita umat semakin lengkap dengan kehadiran Uskup terpilih Keuskupan Larantuka, Mgr. Yohanes Hans Monteiro. Sejak pagi, ratusan umat telah memadati halaman gereja, mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah, sebuah gambaran indah keragaman dalam satu hati. Drum band SDK La Mennais dan tarian Hedung menyambut rombongan uskup, imam, serta tamu undangan dengan meriah.

Misa Pentahbisan Gereja Paroki Santa Maria Pembantu Abadi, Weri.
Tepat pukul 09.00 WITA, perayaan Ekaristi dimulai. Momen istimewa ditandai dengan pembukaan pintu gereja baru oleh Mgr. Fransiskus, simbol bahwa rumah Tuhan kini resmi terbuka bagi seluruh umat. Dengan hati haru, umat memasuki gedung megah itu, bersyukur atas karya bersama yang akhirnya terwujud.
Sebanyak 25 imam konselebran hadir bersama tokoh pemerintah, Bupati Flores Timur Anton Doni Dihen, Sekda, anggota DPRD, Raja Larantuka, para donatur, unsur TNI-Polri, biarawan-biarawati, serta tamu lintas agama dari Islam, Kristen, dan Hindu. Kehadiran mereka menegaskan bahwa sukacita iman ini dirasakan bersama, melampaui batas-batas perbedaan.

Bapa Uskup bersama Para Imam Konselebran pada Misa Pentahbisan Gereja Paroki Santa Maria Pembantu Abadi, Weri.
Tema pentahbisan, “Satu Hati Aneka Wajah: Mari Kita Pergi ke Rumah Tuhan dengan Sukacita”, menjadi roh perayaan. Dalam homilinya, Mgr. Fransiskus menegaskan bahwa keragaman umat bukanlah pemisah, melainkan kekayaan Gereja yang hidup. “Biarpun kita berbeda asal-usul, kita tetap satu dalam Kristus Raja Semesta Alam,” ungkapnya. Ia mengajak umat menjadi “pintu yang selalu terbuka” bagi sesama, sebagaimana pintu gereja yang hari itu dibuka sebagai lambang kasih Kristus.
Ketua Panitia Pembangunan, Bapak Valentinus Tukan, menyampaikan laporan pembangunan dan ungkapan rasa terima kasih kepada para donatur. Gereja baru ini berdiri di atas lahan yang dahulu menjadi tempat tinggal para pengungsi, menjadikannya simbol pemulihan, harapan, dan persaudaraan. Pastor Paroki Weri, RD. Fransiskus W. Hurint, dalam sambutannya mengungkapkan kilas balik perjalanan paroki: dari stasi Paroki San Juan hingga resmi menjadi paroki pada 16 Oktober 2005. Pembangunan gereja dimulai dengan peletakan batu pertama pada 21 Juli 2021, dan selesai setelah empat tahun lima bulan penuh ketekunan dan kerja sama.

Suasana Misa Pentahbisan Gereja Paroki Santa Maria Pembantu Abadi, Weri.
Bupati Flores Timur, Anton Doni Dihen, yang hadir pada kesempatan itu memuji semangat gotong-royong umat Weri. Ia menegaskan bahwa semangat membangun rumah Tuhan tidak ditentukan oleh status sosial, melainkan oleh cinta dan komitmen. “Apa yang dilakukan umat Weri adalah bukti bahwa kebersamaan lebih berharga daripada kesejahteraan semata,” ujarnya.
Di akhir perayaan, Mgr. Yohanes Hans Monteiro dan Mgr. Frans Kopong Kung menyampaikan harapan agar gereja baru ini menjadi pusat iman yang hidup, tempat umat bertumbuh dalam kasih, persaudaraan, dan pewartaan Injil. Usai misa, umat dan tamu undangan berkumpul di aula paroki untuk resepsi, diwarnai penampilan sekolah, kelompok kategorial, dan komunitas lokal. Semua bersatu dalam syukur atas selesainya rumah doa yang baru.

Penandatanganan Prasasti Pentahbisan Gereja Paroki Santa Maria Pembantu Abadi, Weri.
Pentahbisan Gereja Paroki Weri bukan sekadar seremoni, melainkan tonggak iman yang meneguhkan identitas umat sebagai satu keluarga besar dengan wajah beragam. Hari itu, Weri benar-benar bersatu dalam sukacita menuju Rumah Tuhan, sebuah peristiwa yang akan dikenang sebagai simbol persaudaraan, harapan, dan kasih Kristus yang hidup di tengah umat. (Fr. Apong Boruk)






