INILAH SOSOK GEMBALA PILIHAN KITA: Menyambut Momen Pengumuman Uskup Baru Keuskupan Larantuka

Majalah, News, Opini1454 Dilihat

Penulis: Anselmus DW Atasoge – Umat Keuskupan Larantuka, tinggal di Ende.

Pengumuman mengenai penunjukan Uskup baru Keuskupan Larantuka pada Sabtu, 22 November 2025, pukul 06.00 WITA (12.00 waktu Vatikan), merupakan peristiwa yang sarat makna eklesiologis dan pastoral. Dalam horizon tradisi Gereja Katolik, pengangkatan seorang Uskup senantiasa dimaknai sebagai momentum teologis yang meneguhkan kesinambungan apostolik, sekaligus memperbarui perutusan Gereja di tengah ziarah umat Allah.

Bapak Anselmus DW Atasoge – Umat Keuskupan Larantuka, tinggal di Ende.

Ia adalah tanda bahwa Roh Kudus senantiasa menuntun Gereja dalam arus sejarah, menjalin benang merah antara para Rasul dan para gembala masa kini. Seperti ditegaskan oleh Santo Ignatius dari Antiokhia, “di mana Uskup hadir, di sana pula hadir jemaat, sebagaimana di mana Kristus hadir, di sana pula hadir Gereja.” Penunjukan ini menjadi simbol keterhubungan antara universalitas Gereja dan partikularitas komunitas lokal, di mana misteri iman berakar dalam tanah budaya, namun tetap berpaut pada kesatuan Katolik yang tak terputus.

Dalam terang ajaran Santo Agustinus, yang melihat Gereja sebagai Corpus Christi totus (Tubuh Kristus yang utuh), pengangkatan seorang Uskup baru adalah bagian dari misteri tubuh yang hidup, di mana setiap anggota berfungsi demi keselamatan bersama. Dengan demikian, peristiwa ini tidak hanya menyentuh ranah institusional, melainkan juga membuka cakrawala spiritual yakni sebuah panggilan untuk meneguhkan harapan, memperdalam iman, dan menghidupi kasih dalam konteks pastoral yang nyata.

Seperti fajar yang menyingsing di ufuk timur, pengangkatan Uskup baru menandai kelahiran kembali semangat pelayanan, yang mengalir dari sumber apostolik menuju denyut kehidupan umat di Keuskupan Larantuka. Dalam kata-kata Santo Ciprianus dari Kartago, “tidak ada Gereja tanpa Uskup, dan tidak ada Uskup tanpa Gereja,” momentum menjadi sebuah pernyataan iman bahwa Gereja senantiasa diperbarui oleh Roh Kudus, agar tetap setia pada perutusan Kristus di tengah dunia.

Jelang hari pengumuman, muncul fenomena sosial yang menyertainya. Salah satu di antaranya adalah ‘lahirlah’ berbagai spekulasi nama yang beredar di ruang digital, di tenda pesta maupun duka, hingga obrolan di beranda rumah. Bagi saya, hal ini menunjukkan betapa kuatnya keterlibatan emosional dan spiritual umat dalam menantikan sosok gembala baru. Namun, secara ilmiah dan pastoral, sikap yang dituntut adalah kesabaran penuh kerinduan, disertai rasionalitas dalam menyikapi dinamika publik. Gereja mengajarkan bahwa pemilihan seorang Uskup adalah hasil proses panjang yang melibatkan doa, discernment, dan pertimbangan mendalam dari otoritas Gereja universal, yakni Paus di Roma.

Siapapun yang diumumkan nantinya adalah ‘Uskup Kita Semua’. Ia akan menjadi simbol persatuan, pengikat iman, dan pelayan yang diutus untuk menggembalakan seluruh umat tanpa kecuali. Nama-nama yang beredar namun tidak terpilih tidaklah kehilangan martabat; justru hal itu menegaskan bahwa panggilan menjadi Uskup adalah tugas berat yang tidak setiap orang harus pikul. Dalam perspektif teologis, kebahagiaan sejati terletak pada kesediaan untuk melayani sesuai perutusan masing-masing.

Harapan umat agar sosok yang terpilih menjadi “pilihan kita semua” sesungguhnya mencerminkan kerinduan akan gembala yang mampu menghadirkan wajah Gereja yang inklusif, dialogis, dan penuh kasih. Dengan demikian, pengumuman ini bukan hanya tentang siapa yang akan memimpin, tetapi tentang ‘bagaimana seluruh umat menyambutnya sebagai tanda kesetiaan pada kristus, sang gembala agung.’

Dalam terang pengumuman Uskup baru Keuskupan Larantuka, kita diajak untuk memandang peristiwa ini sebagai ‘cahaya Roh Kudus’ yang menuntun langkah Gereja. Paus Fransiskus pernah berpesan, “tugas para Uskup adalah meneguhkan dalam iman, kasih, dan kesatuan.” Kata-kata ini bergema laksana doa yang mengalir di antara harapan umat: siapapun yang diumumkan, ia hadir bukan demi dirinya, melainkan demi seluruh kawanan yang dipercayakan kepadanya.

Sebagaimana diwartakan oleh Santo Ignatius dari Antiokhia, sekiranya momen pengumuman ini menjelma menjadi kidung syukur, doa yang bersemi di hati, dan harapan yang menari di jiwa. Dan, semoga Uskup baru sungguh menjadi gembala yang menghadirkan wajah Kristus seperti matahari yang setia menyinari bumi, seperti angin lembut yang menyejukkan padang, dan seperti pelukan kasih yang merangkul setiap insan dalam persaudaraan. Dalam kesatuan dengan Gereja universal, ia dipanggil untuk meneguhkan iman, memperdalam kasih, dan menyalakan semangat persaudaraan, sehingga Gereja di Larantuka tetap menjadi tanda harapan yang hidup di tengah dunia.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *