Renungan kita hari ini menghadirkan dua narasi yang mengajarkan kita tentang dua hal penting: kebijaksanaan dan kekurangan manusia. Pertama, kita menelusuri cerita dalam 1 Raja-raja 11:29-32; 12:19 yang memberikan gambaran tentang pemilihan Rehabeam sebagai raja atas Israel. Di sini, kita melihat perpecahan yang terjadi akibat kebijaksanaan yang kurang dari sang raja. Rehabeam memilih untuk mengikuti nasihat orang-orang muda daripada nasihat para tua-tua, yang berakhir dengan pembelotan suku Israel yang memicu perpecahan kerajaan.
Hal ini mengajarkan kita pentingnya memperhatikan dan menghargai kebijaksanaan yang datang dari pengalaman dan pertimbangan yang matang. Terlalu sering kita terjebak dalam ketidaksadaran kita akan nilai-nilai kebijaksanaan yang telah diuji oleh waktu. Kita bisa belajar dari Rehabeam bahwa memilih untuk mengabaikan saran yang bijaksana dapat berakibat pada konsekuensi yang merugikan. Oleh karena itu, marilah kita menjadi bijaksana dalam mengambil keputusan, merenungkan saran-saran yang diberikan oleh mereka yang lebih berpengalaman, dan tidak terjebak dalam ego atau keangkuhan.
Namun, kebijaksanaan manusia tetaplah terbatas. Renungan kita juga menyoroti kisah dalam Markus 7:31-37, di mana Yesus menyembuhkan seorang yang tuli dan pincang. Di sini, kita melihat bagaimana kuasa Tuhan melampaui kekurangan manusia. Yesus menghadirkan kesembuhan dengan kuasa-Nya, menunjukkan bahwa di dalam-Nya terdapat kekuatan yang tak terbatas.
Hal ini mengajarkan kita untuk tidak hanya mengandalkan kebijaksanaan manusia semata, tetapi juga untuk percaya pada kuasa dan kasih Tuhan yang mampu melampaui segala kekurangan kita. Ketika kita merasa lemah atau terbatas, kita dapat mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengubah situasi kita. Yesus tidak hanya menyembuhkan tubuh orang yang tuli dan pincang, tetapi juga memberikan makna yang lebih dalam dengan membuka mata mereka pada keajaiban dan kuasa-Nya.
Kesimpulannya, renungan kita hari ini mengajarkan kita untuk memiliki kesadaran akan kebijaksanaan manusia yang terbatas dan kekuatan Tuhan yang tak terbatas. Kita perlu belajar dari kesalahan dan keberhasilan orang-orang dalam Alkitab, seperti Rehabeam, yang tidak memperhatikan saran yang bijaksana, dan menghargai kuasa Tuhan seperti yang ditunjukkan oleh Yesus dalam menyembuhkan orang yang tuli dan pincang. Marilah kita memohon agar Tuhan membimbing kita dalam setiap langkah kita, memberikan hikmat untuk membuat keputusan yang bijaksana, dan menguatkan kita dalam menghadapi segala keterbatasan kita. Dengan demikian, kita dapat hidup dalam ketaatan kepada-Nya dan menyaksikan kuasa-Nya yang bekerja dalam hidup kita. (RDAtasoge)